Jumat, 28 Januari 2011

Memilih Taat

Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfiman: "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.
Kejadian 26:3 

Pada umumnya, ketika bahaya sudah di depan mata, tindakan paling rasional adalah segera melarikan diri. Naluri tiap orang selalu demikian. Amati ketika tsunami melanda Aceh dan Sumatera Utara beberapa waktu lalu. Atau, ketika gempa mengguncang Yogyakarta beberapa tahun silam. Begitu bahaya mengancam, orang langsung berhamburan keluar. Insting alamiahnya memang demikian. Orang selalu berusaha menghindar dari bahaya yang mengancam.

Akan tetapi, kisah Alkitab yang kita baca hari ini justru sebaliknya. Saat itu di negeri orang Filistin sedang terjadi kelaparan (ayat 1). Memang bukan kelaparan pertama yang melanda daerah itu. Sejak zaman Abraham, berulang kali hal yang sama terjadi. Kini Ishak pun mengalaminya kembali. Saat itu, secara naluriah, Ishak berniat akan pindah ke Mesir. Namun, Tuhan justru melarangnya. Secara terus terang Tuhan melarang Ishak. "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu."(ayat 2). Mungkin secara manusia, Ishak berpikir,"Bukankah ada bahaya yang mengancam mengapa Tuhan justru tidak mau saya lari?". Namun, kita bersyukur Ishak taat. Ketika Tuhan berfirman, pilihannya adalah mendengar Tuhan daripada memakai pertimbangan logis. Sebenarnya, inilah prinsip iman. Iman adalah penyerahan diri secara mutlak pada kehendak Allah. Ketika Tuhan berfirman pada Ishak untuk tetap di Filistin ia menaati dengan sepenuh hati. maka, kita saksikan hasil yang luar biasa. Tuhan memberkati Ishak secara luar biasa. Kita Kejadian mendeskripsikan Ishak "menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya"(ayat 13).


Ketaatan pada kehendak Tuhan adalah modal utama untuk melihat pemeliharaan Tuhan. Tuhan setia dengan firmanNya. Saat Dia meminta Ishak tinggal di Negeri Filistin, dan Ishak taat, Tuhan tidak ingkar janji. Kelimpahan anugerahNya secara pribadi dirasakan Ishak. Sekarang pun, kita dapat mengalami hal yang sama bila kita menaati firmanNya. Ketaatan pada Firman itu membuka tingkap-tingkap berkat Allah dalam hidup kita. Karena itulah, taati Tuhan dan firmanNya.

Ama Calista

Sejarah Gereja

Saya, Pdt. Mangasi Sianturi, tamatan Sekolah Alkitab di Pematang Siantar Sumatera Utara tahun 1978, praktek membantu pelayanan dari tahun 1977-1984.  Berkeluarga tahun 1983 dan jadi Penginjil selama 2 tahun, yakni dari tahun 1985-1986 dan tahun 1987 saya memulai pelayanan perintisan penggembalaan tepatnya di Simpang Dobi – Titi Papan dengan jumlah jemaat 3 orang, yaitu Keluarga Bapak Sahala Pasaribu dan seorang ibu yang sudah janda yaitu Ompung Frans br Manalu.  Dengan bertempat tinggal di pinggir rel kereta api dalam bentuk rumah panggung ibadah itu kami lakukan karena tanah pinggir rel itu rawa-rawa dan pada waktu perintisan penggembalaan dimulai. 
Sayalah yang memimpin puji-pujian, memimpin doa dan berkhotbah karena belum ada jemaat yang bisa berdoa maupun memimpin pujian termasuk isteri saya juga pada waktu itu belum bisa (belum berani) karena orang awam, tidak Sekolah Alkitab. Kolekte/persembahan kami tahun pertama selama 1 tahun berjumlah Rp 57.000,- karena selama 1 tahun kami beribadah jemaat belum ada yang tambah, kami beribadah hanya 5 orang, yaitu saya dan isteri saya ditambah dengan 3 orang jemaat tersebut di atas.  Jadi kolekte kami dalam Ibadah Raya sekitar Rp 1000,- s/d Rp 1.500,-/minggu dan itu semua dipegang oleh bendahara, dimana pada waktu itu sebagai bendahara gereja adalah Bapak Sahala Pasaribu.
            Adapun penyebab sulitnya bertambah jemaat adalah karena penduduk yang beragama Kristen sangat jarang pada waktu itu dan untuk kebutuhan sehari-hari saya harus berjualan.  Pertambahan jemaat barulah terjadi pada tahun 1989 karena perkebunan cokelat yang berada dekat dengan rumah kami dibangun menjadi bangunan-bangunan industri.  Buruh-buruh pabrik ini yang beragama Kristen, mereka datang beribadah walaupun pada waktu itu kami beribadah di rumah panggung pinggir rel kereta api, karena pada waktu itu hanya itulah satu-satunya tempat ibadah yang ada disekitar daerah itu dan belum ada gereja yang lain.  Dan karena jemaat semakin bertambah-tambah, maka pada tahun 1990 kami membeli tanah pertapakan gereja dengan ukuran yang kecil yakni 10x30 m, kareta itulah kemampuan keuangan kami pada saat itu.  Dan pada tahun 1991 pembangunan gereja dimulai dengan ukuran 8x15 dan selesai pada tahun 1994.  Dan sejak gereja dibangun, jemaat bertambah terus sehingga pada tahun 1996 gereja itu harus ditambahi panjangnya ke belakang sekitar 4,5 m.  Karena itulah ukuran gereja itu sekaranag sudah menjadi 19,5 m.  Adapun penyebab panjang gereja itu hanya bisa ditambah 4,5 m karena lokasi tanahnya yang sangat pendek yakni 30 m, sebab di belakang gereja sudah dibangun toilet/kamar mandi gereja.  Dan sekarang gereja inipun sudah sesak kalau dalam ibadah minggu karena jemaat yang bertambah-tambah.
         Puji Tuhan!!!! Skarang kami sedang membangun sebuah gereja baru dengan ukuran gereja bersama parkir 50m x 55m. Marilah kita saling mendoakan dan saling membantu. Bantulah kami dalam membangun gereja ini jika memang Tuhan menjamah saudara. Amin


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Eagle Belt Buckles